“The greatest pain of love is when you can’t have someone you love“ mendadak jadi baca-baca quotes yang
sedikit lebay haha…ya, mungkin tidak semua perempuan mudah mengekspresikan
perasaan yang dialaminya dan salah satunya itu adalah Aku. Untuk jadi perempuan
yang agresif, baiklah dalam hal ini Aku kibarkan bendera putih. Jadi orang lain
yang bukan dirimu sendiri itu bukanlah perkara mudah, berpura-pura terlihat
ceria padahal dalamnya sedih, berpura-pura terlihat tegar padahal di dalamnya
mudah rapuh, berpura-pura terlihat hebat padahal di dalamnya lemah,
berpura-pura tidak kenapa-kenapa padahal di dalamnya ada apa-apa, semacam hidup
dalam kepura-puraan well..actually that’s not my style. Walaupun terkadang memang Aku terlihat terlihat tidak peduli, but I swear it’s kiils me.
Sebenarnya Aku bukanlah sosok yang
mudah untuk mengekspresikan ketika terlampau senang atau terlampau kecewa, terlebih
lagi dengan yang namanya curhat seperti yang sering di lakukan kaum hawa sambil
mewek meweh termehek mehek terkekek kekek atau apalah lalu posting di sosial
media dengan marah-marah dan mengumpat-ngumpat bahkan memajang foto sedang
bersedih (sumpah, buatku itu adalah hal paling terlebay di dunia) hey curhat? what’s the point?. Diam seribu bahasa
untuk sejenak terkadang adalah senjata yang begitu ampuh buatku. Kenapa? ya
karena ketika Aku terlampau kecewa agar Aku tidak memvonis siapapun atas apa
yang sedang Aku alami. Begitupun kali ini, apapun yang dirasakan lebih baik
tuangkan saja dalam bentuk tulisan sehingga mungkin dengan begini apapun yang
Aku rasakan lebih mudah untuk diekspresikan.
Kesalahanku bukanlah karena aku
mengaguminya, tapi mempercayai bahwa dia akan merasakan hal yang sama –itulah kesalahanku-.
Ketika kamu memperlakukanku dengan baik Aku pikir itu karena aku ini special,
salah besar yang Aku sangkakan selama ini. Hanya karena dia baik padaku bukan
berarti seperti yang Aku pikirkan, melainkan dia memang orang yang baik
sehingga bersikap baik dengan siapapun. Entah dari kapan Aku mulai merasakan
ini, yang jelas untuk hal ini Aku tidak pernah mengutarakannya pada siapa pun.
Terkadang dalam situasi ini Aku terasa seperti orang-orang yang introvert sibuk dan mengerti tentang duniaku
sendiri, tapi percayalah Aku bukan orang yang seperti itu haha…Aku bukanlah
tipe orang yang mudah mengagumi, tapi sampai akhirnya-untuk pertama kalinya-Aku
pernah yang namanya merasakan dimana ketika bertemu seseorang seolah-olah
jantung ini berdebar tidak karuan, melihat sosoknya dari keramaian tapi kamu
tidak tahu mau berbuat apa, bersedia melakukan sesuatu yang ingin sekali melihatnya
bangga akan apa yang kamu lakukan meskipun itu menguras tenaga dan pikiranmu, merasakan
yang namanya dari bangun tidur sampai mau tidur yang terlintas di kepalamu
adalah wajah itu saja. Sumpah Aku berasa jadi orang paling absurd sedunia
seperti orang bodoh yang tidak tahu perasaan apa itu. Banyak hari-hari yang Aku
alami yang terkadang membuatku senang sehingga mungkin Aku terlalu sibuk membangun
dan menghubung-hubungkan kebetulan sampai pada akhirnya aku berada pada suatu titik
dimana rangkaian kebetulan yang Aku bangun itu berada pada titik yang tidak
betul.
Have you considered that you lead
your self on the most
you become attached to idea of being
with that person
you begin imagining being with them
and plan little events with them in
your head
But when your face every single day
without that person,
it’s only you that feels devotion
it’s you-who-breaks your own heart
Dan
ini Aku yang masih menertawakan kebodohanku. Lucu sekali rasanya ketika Aku
menaruh harapan yang pada dasarnya Aku tahu betul bahwa itu pasti tidak akan
terjadi dan akan menempatkan Aku pada rasa yang teramat kecewa.
Apa ini yang dinamakan patah hati? hah sungguh rasanya tidak
mengenakan sama sekali. Terkadang aku kesal sendiri karena tidak bisa berkonsesntrasi
pada apapun. Padahal banyak yang bisa dilakukan tapi rasanya Aku seperti
memilih untuk bangun dan tidur saja. Sampai pada akhirnya gara-gara dalam fase
ketidakjelasan ini membuat bobot tubuh dan wajahku membulat, yaa ampuuun!!!
tumben amat kamu seperti ini. Percayalah dalam situasi yang sebenarnya
sederhana tapi terlihat rumit ini mampu membuyarkan konsentrasi bahkan merusak
mood terlebih lagi saat ini Aku berada dalam fase harus mengerjakan tugas akhir
ditambah membuat suatu karya tulis dan kondisi dimana sahabatku sendiri yang
sudah berbulan-bulan tidak ada kabarnya dan mengabaikanku tanpa aku tahu apa
yang salah dengan Aku, ahh..lengkap sudah rasanya! Kali ini Aku benar-benar
berada di titik terlemahku, rasanya ingin sekali menangis terisak-isak melepas
semua beban yang aku rasakan. Seandainya waktu Aku bisa putar Aku pasti tidak
akan memelih seperti ini.
Kepingan puzzle yang selama ini keliru Aku rangkai,
perlahan-lahan mulai ditunjukannya satu per satu sampai terlihat jelas. Hari-hari
berusaha aku hadapi seolah-olah itu semua tidak mempengaruhiku, tahu apa yang
paling melelahkan? terlihat tidak ada apa-apa namun sebenarnya banyak hal yang
berkecamuk di kepalaku. Dalam hal ini, mungkin dalam kelas melupakan Aku adalah
murid bodoh yang duduk di bangku depan. Ya,
If you only knew how much those little moments mattered to me. Sejauh apapun
Aku berlari, sesering apapun Aku menghindar, sekeras apapun aku berusaha, Aku
tahu bahwa pada akhirnya itu akan sia-sia. Rasanya tidak semudah itu untuk
melupakan atau mungkin memang bukan untuk dilupakan? Aku jadi belajar bahwa hal
apapun itu yang membuatmu merasa paling senang atau situasi yang membuatmu pada
titik terlemah sekalipun pada dasarnya memang tidak untuk dilupakan, tetapi
diingat -diingat dengan persepsi yang berbeda-.
Hari ini tepat pukul 11.22 aku mengakhiri tulisan ini dengan
suasana mendung sedikit hujan gerimis, dan lagu Somebosy’s Me milik Enrique
Iglesias menemaniku di depan laptop. Biasanya tiap kali Aku mendengarkan lagu-lagu
aku sangat menikmati musiknya ,Ah..tapi entah kali ini Aku merasa berbeda hanya
saja liriknya seperti mampu mendeskripsikan sesuatu yang tidak mampu Aku ungkapkan,
that somebody’s me...