Flashback
saat itu Aku yang tiba-tiba dipilih sebagai ketua penggalian dana melalui
pembuatan yang katanya “identitas” tidak boleh mahal tapi yang murah (Aku cuma
bisa meringis dalam hati) ingin menyampaikan sosialisasi ke mereka, namun tahu
apa? Tanggapannya “sudah, percuma juga kamu bicara toh gak ada yang mau
dengerin”. Memang niatan baik belum tentu direspon dengan baik, jujur Aku
kecewa mendengarnya tapi..Aku brusaha untuk bersabar, Aku berusaha mengalihkan
pikiranku ya mungkin waktunya saat itu kurang tepat.
Ini
bermula dari sikap mereka yang tidak sesuai dengan apa yang mereka katakan.
Masih teringat diingatanku Aku yang waktu itu sendiri di gazebo sedang berkutat
dengan laptopku yang setia Aku gunakan untuk membuat tugas. Pertama salah satu
dari mereka menghampiri Aku menanyakan
kegiatan jurusan yang akan dilaksanakan. Memang, kegiatan ini sepertinya kurang
direspon baik oleh banyak pihak, begitu juga dengan Aku yg sebenarnya kurang
setuju dengan kegiatan yang menurutku dibalik kegiatan ini ada pihak-pihak yang
sengaja mengambil keuntungan. Namun dari sekian lama Aku baru menyadari semua
itu setelah Aku mendapati sebuah buku yang berisi kalau bisa dikatakan itu
adalah “eksploitasi” hahaha entahlah…Berbincang-berbincang,
satu persatu mereka menghampiriku, awalnya Aku pikir mereka bisa diajak bekerja
sama tapi jauh dr perbincangan itu justru Aku di ceramahi habis-habisan, Aku
yang seperti orang dungu tidak mengerti apa sebenarnya permasalahan mereka
dengan generasi di atasku tapi kenapa Aku yang tidak mengerti apa-apa ini jadi
sasaran mereka. Bak seekor rusa Aku seperti dikelilingi oleh singa-singa yang
siap menerkam. Aku berusaha untuk bersabar lagi, walaupun saat itu Aku tidak
bersama dengan teman-temanku, tapi Aku berusaha untuk tetap tenang dan mengiyakan
kata-kata mereka yang seperti pisau itu. Aku berusaha mengalihkan pikiranku,
hah mungkin maksud mereka baik hanya saja cara mereka utuk menyampaikannya yang
salah.
Setahun
setelah kepemgurusan yang lama, kini Aku terpilih menjadi wakil ketua di organisasi
ini. Aku dan temanku yang telah terikat dengan tanggungjawab ini berusaha untuk
melaksanakan tanggung jawab yang mereka berikan kepada kami. Kesalah pertama
yaitu waktu Januari-mei terbuang sia sia karena kurangnya inisiatif dari kami
untuk menyelenggarak kegiatan. Sampai pada akhirnya kejadian ini terulang
kembali.
Saat itu temanku yang menjadi ketua
berusaha untuk mengordinir perwakilan dari angkatan untuk turut serta pada saat
rapat, ya itu sebelumnya adalah ideku. Sempat terfikir pada kepungurusan
sebelumnya yang kurangnya kordinasi dengan tingkat lainnya Aku tidak mau itu
terulang kembali, sedangkan pada saat itu temanku ini belumlah tahu mengenai
kepengurusan yang sebelumnya maka dari itu Aku menyarankan kepada temanku ini
agar kegiatan apapun yang kita lAkukan hendaknya kita melibatkan semua
tingkatan agar mereka juga bisa ikut andil dalam kegiatan yang kita jalankan.
Kata-kata pesan disusun sedemikian rupa bermaksud mengundang mereka yang
dipostkan pada group yang katanya forum diskusi dan silahturahmi, namun..
kembali lagi sepertinya niatan kami mendapat sedikit respon. Melihat hal ini Aku
berinisiatif untuk menghubungi salah satu dari mereka dan berusaha memberi
penjelasan agar perwakilan dari mereka bisa datang, sayang sekali apa yang Aku
harapkan justru kembali direspon tidak baik bahkan kata-kata yang tidak
mengenakkan Aku terima. Entahlah padahal waktu singa-singa itu menceramahiku
dulu ada kata-katanya yang mengatakan “makanya besok-besok kalau rapat itu
undang kita! Jangan seenaknya aja, kalian itu anggap kita apa sih?”. Entah yang
salah itu Aku atau mereka, sampai-sampai Aku terdiam sejenak berusaha
menenangkan pikiran apa mungkin Aku yang salah, tapi salahku sebenarnya itu
apa? Kenapa sikap mereka selalu seperti itu?
Tanpa dipungkiri perwakilan dari
mereka datang utuk rapat, ternyata ide-ide kami kurang disetujui, hmm…tak
masalh bagiku karena dalam berorganisasi yang Aku tahu tidaklah mudah memang
menyatukan semua pendapat. Yang benar saja, kata-kata pisau mereka kembali
mereka lontarkan. Setibanya salah seorang penengah datang malam itu berusaha
memberikan pengertian barulah mereka bernada rendah. Hah, hanya segitu ternyata
kemampuannya.. lalu dulu saat mereka dan kumpulannya dengan seluruh kata-kata
idealisnya itu lalu apa? Emosiku saat itu benar-benar memuncak, Aku hanya bisa
diam saja pikiranku sudah melayang-layang entah kemana sampai-sampai Aku melAkukan
suatu tindakan yang menurutku itu adalah tindakan terbodoh yang pernah Aku lAkukan,
saking tidak tahannya Aku dengan sikap mereka yang seperti berpura-pura itu
sampai pada akhirnya Aku meneruskan langkahku untuk pergi dari tempat itu.
Terkadang Aku menyesali ego yang memuncak saat itu, bagaimana tidak, Aku bahkan
seperti lupa orang-orang yang hadir selain mereka Aku tinggalkan begitu saja.
Jujur itu adalah amarah yang tidak bisa Aku tahan, tapi apa yang lain mengerti?
Bodoh memang iya Aku bodoh mana mungkin yang lain tahu sedangkan Aku sendiri
tidak pernah menceritakan kejadian yang sebenarnya pada siapapun bahkan temanku
sendiri. Marah iya saat itu aku benar-benar marah.
Lama Aku berpikir, untuk apa Aku
bersikap seperti itu, sampai pada akhirnya Aku memutuskan Aku harus berubah.
Terserah seperti apa anggapan orang lain menilaiku, yang terpenting itu
bukanlah penilaian mereka melainkan seberapa bisa Aku bersikap lebih baik lagi
semenjak kejadian itu.
Sasih Mimba |
Sasih Mimba, sasih itu bulan dan
mimba itu adalah tempayan.
Ibarat melihat bayangan bulan di
dalam tempayan yang berisi air.
Jika air itu keruh bayangan bulan
tidak akan bisa terlihat
Jika air itu terus beriak tentunya
bayangan bulan tak akan nampak jelas
Jadi yang diperlukan itu adalah
sederhana..yaitu ketenangan
Apabila air jernih
Apabila air tenang
Maka bayangan bayangan bulan akan nampak
Begitupula dengan pikiran manusia
Apabila bisa berpikir dengan tenang
Maka kamu akan dapat mengambil
keputusan yang tepat
Kata-kata
seseorang yang pernah menasehatiku, sederhana memang tapi maknanya sangat
mendalam. Bahkan dengan kata-kata yang sesederhana itupun bisa merubah jalan
pikirku.
Aku sudah tidak mempersalahkan hal
itu lagi, setidaknya aku telah berusaha untuk meredam emosiku.
Awal bulan Juni, saat itu Aku dengan
2 orang temanku berkutat dengan proposal penggalian dana, aku dan temanku ini
telah berencana kami akan menyelenggarakan olimpiade dimana kegiatan ini belum
pernah terjamah sama sekali. Namun, sayangs sekali ide-ide yang tidak jelas
kembali bermunculan sampai pada akhirnya Aku mulai terjebak jauh di dalamnya.