Jumat, 07 Juli 2017

Does anyone else's ever feel like this?

“The greatest pain of love is when you can’t have someone you love“ mendadak jadi baca-baca quotes yang sedikit lebay haha…ya, mungkin tidak semua perempuan mudah mengekspresikan perasaan yang dialaminya dan salah satunya itu adalah Aku. Untuk jadi perempuan yang agresif, baiklah dalam hal ini Aku kibarkan bendera putih. Jadi orang lain yang bukan dirimu sendiri itu bukanlah perkara mudah, berpura-pura terlihat ceria padahal dalamnya sedih, berpura-pura terlihat tegar padahal di dalamnya mudah rapuh, berpura-pura terlihat hebat padahal di dalamnya lemah, berpura-pura tidak kenapa-kenapa padahal di dalamnya ada apa-apa, semacam hidup dalam kepura-puraan well..actually that’s not my style. Walaupun terkadang memang Aku terlihat terlihat tidak peduli, but I swear it’s kiils me.
Sebenarnya Aku bukanlah sosok yang mudah untuk mengekspresikan ketika terlampau senang atau terlampau kecewa, terlebih lagi dengan yang namanya curhat seperti yang sering di lakukan kaum hawa sambil mewek meweh termehek mehek terkekek kekek atau apalah lalu posting di sosial media dengan marah-marah dan mengumpat-ngumpat bahkan memajang foto sedang bersedih (sumpah, buatku itu adalah hal paling terlebay di dunia) hey curhat? what’s the point?. Diam seribu bahasa untuk sejenak terkadang adalah senjata yang begitu ampuh buatku. Kenapa? ya karena ketika Aku terlampau kecewa agar Aku tidak memvonis siapapun atas apa yang sedang Aku alami. Begitupun kali ini, apapun yang dirasakan lebih baik tuangkan saja dalam bentuk tulisan sehingga mungkin dengan begini apapun yang Aku rasakan lebih mudah untuk diekspresikan.
Kesalahanku bukanlah karena aku mengaguminya, tapi mempercayai bahwa dia akan merasakan hal yang sama –itulah kesalahanku-. Ketika kamu memperlakukanku dengan baik Aku pikir itu karena aku ini special, salah besar yang Aku sangkakan selama ini. Hanya karena dia baik padaku bukan berarti seperti yang Aku pikirkan, melainkan dia memang orang yang baik sehingga bersikap baik dengan siapapun. Entah dari kapan Aku mulai merasakan ini, yang jelas untuk hal ini Aku tidak pernah mengutarakannya pada siapa pun. Terkadang dalam situasi ini Aku terasa seperti orang-orang yang introvert sibuk dan mengerti tentang duniaku sendiri, tapi percayalah Aku bukan orang yang seperti itu haha…Aku bukanlah tipe orang yang mudah mengagumi, tapi sampai akhirnya-untuk pertama kalinya-Aku pernah yang namanya merasakan dimana ketika bertemu seseorang seolah-olah jantung ini berdebar tidak karuan, melihat sosoknya dari keramaian tapi kamu tidak tahu mau berbuat apa, bersedia melakukan sesuatu yang ingin sekali melihatnya bangga akan apa yang kamu lakukan meskipun itu menguras tenaga dan pikiranmu, merasakan yang namanya dari bangun tidur sampai mau tidur yang terlintas di kepalamu adalah wajah itu saja. Sumpah Aku berasa jadi orang paling absurd sedunia seperti orang bodoh yang tidak tahu perasaan apa itu. Banyak hari-hari yang Aku alami yang terkadang membuatku senang sehingga mungkin Aku terlalu sibuk membangun dan menghubung-hubungkan kebetulan sampai pada akhirnya aku berada pada suatu titik dimana rangkaian kebetulan yang Aku bangun itu berada pada titik yang tidak betul. 

Have you considered that you lead your self on the most
you become attached to idea of being with that person
you begin imagining being with them
and plan little events with them in your head
But when your face every single day without that person,
it’s only you that feels devotion
it’s you-who-breaks your own heart

Dan ini Aku yang masih menertawakan kebodohanku. Lucu sekali rasanya ketika Aku menaruh harapan yang pada dasarnya Aku tahu betul bahwa itu pasti tidak akan terjadi dan akan menempatkan Aku pada rasa yang teramat kecewa.
Apa ini yang dinamakan patah hati? hah sungguh rasanya tidak mengenakan sama sekali. Terkadang aku kesal sendiri karena tidak bisa berkonsesntrasi pada apapun. Padahal banyak yang bisa dilakukan tapi rasanya Aku seperti memilih untuk bangun dan tidur saja. Sampai pada akhirnya gara-gara dalam fase ketidakjelasan ini membuat bobot tubuh dan wajahku membulat, yaa ampuuun!!! tumben amat kamu seperti ini. Percayalah dalam situasi yang sebenarnya sederhana tapi terlihat rumit ini mampu membuyarkan konsentrasi bahkan merusak mood terlebih lagi saat ini Aku berada dalam fase harus mengerjakan tugas akhir ditambah membuat suatu karya tulis dan kondisi dimana sahabatku sendiri yang sudah berbulan-bulan tidak ada kabarnya dan mengabaikanku tanpa aku tahu apa yang salah dengan Aku, ahh..lengkap sudah rasanya! Kali ini Aku benar-benar berada di titik terlemahku, rasanya ingin sekali menangis terisak-isak melepas semua beban yang aku rasakan. Seandainya waktu Aku bisa putar Aku pasti tidak akan memelih seperti ini.
Kepingan puzzle yang selama ini keliru Aku rangkai, perlahan-lahan mulai ditunjukannya satu per satu sampai terlihat jelas. Hari-hari berusaha aku hadapi seolah-olah itu semua tidak mempengaruhiku, tahu apa yang paling melelahkan? terlihat tidak ada apa-apa namun sebenarnya banyak hal yang berkecamuk di kepalaku. Dalam hal ini, mungkin dalam kelas melupakan Aku adalah murid bodoh yang duduk di bangku depan. Ya, If you only knew how much those little moments mattered to me. Sejauh apapun Aku berlari, sesering apapun Aku menghindar, sekeras apapun aku berusaha, Aku tahu bahwa pada akhirnya itu akan sia-sia. Rasanya tidak semudah itu untuk melupakan atau mungkin memang bukan untuk dilupakan? Aku jadi belajar bahwa hal apapun itu yang membuatmu merasa paling senang atau situasi yang membuatmu pada titik terlemah sekalipun pada dasarnya memang tidak untuk dilupakan, tetapi diingat -diingat dengan persepsi yang berbeda-.
Hari ini tepat pukul 11.22 aku mengakhiri tulisan ini dengan suasana mendung sedikit hujan gerimis, dan lagu Somebosy’s Me milik Enrique Iglesias menemaniku di depan laptop. Biasanya tiap kali Aku mendengarkan lagu-lagu aku sangat menikmati musiknya ,Ah..tapi entah kali ini Aku merasa berbeda hanya saja liriknya seperti mampu mendeskripsikan sesuatu yang tidak mampu Aku ungkapkan, that somebody’s me...