sometimes i search so hard for words i look for away to interpret the language of this heart and unspoken bond i feel but in the end i am left with nothing but silence. Deep down i hope is understand |
Ujian
itu bukan hanya masalah A, B, C atau D yang bisa menjadi tolak ukur kemampuan
seseorang tapi menurutku itu lebih seberapa mampu seseorang bisa jujur dengan
dirinya sendiri. Hari ini adalah puncak amarahku, seperti Aku harus belajar
lagi untuk yang namanya bersabar. Aku mulai muak melihat kecurangan yang selalu
Aku lihat tapi Aku tidak berdaya untuk melakukan apapun. Bukan tanpa alasan
kenapa Aku setiap mengikuti ujian lebih memilih duduk di depan melainkan itu
adalah pembuktian terhadap janjiku pada diriku sendiri.
Masih
ingat jelas di ingatanku disaat sebuah kejujuran itu diragukan, saat itu Aku
seperti di posisi yang serba salah ketika seseorang bertanya di situasi yang
tidak tepat, tapi justru seseorang yang menjadi panutanku menilaiku dari sudut
pandangnya sendiri tanpa melihat apa yang sebenarnya terjadi. Kecewa, iya
pasti…tapi semenjak itu Aku sudah berjanji, di jalan saat dada ini sesak
menahan amarah yang akhirnya berujung dengan air mata Aku berjanji dengan diriku
sendiri, Aku akan membuktiakan bahwa apa yang dikatakannya dan persespsinya
tersebut adalah salah, semenjak itu
kenapa setiap ujian Aku lebih memilih duduk sendiri di depan.
Korupsi?
di tengah-tengah banyak bibir-bibir yang mengelu-elukan anti korupsi, tapi
kenapa banyak kecurangan yang tetap terjadi? Handphone yang seharusnya jadi
media yang lebih bermanfaat tapi kini sering disalah gunakan. Olehnya tidak
diketahui semua itu, dada ini semakin sesak rasanya ketika Aku berada di suatu
keadaan dimana Aku ingin merubah semua itu, dimana Aku ingin melakukan
pembuktian, dimana Aku ingin belajar jujur. Sayang sekali olehnya semua itu tak
terlihat, terasa tak adil bagiku. Entah karena lelah atau membiarkanya, sampai
sekarang Akupun tidak mengerti. Langkahku seperti tidak ada semangatnya, setiap
kali hal itu terlihat olehku ingin rasanya Aku katakana bahwa Aku muak, tapi
dengan siapa? bahkan di saat malam sepulang itu Aku “tadi Aku melihat ketidakjujuran, orang-orang
bermuka dua telah menyalahgunakan teknologi, Aku kesal tapi tak berdaya untuk
merubah itu” batinku berteriak. Mungkin tidak ada yang mengerti, bahkan bibir-bibir
mengatakan “kenapa tidak ikut aja seperti mereka, di jaman sekarang kamu jujur
toh tidak ada yang memperdulikan dan tau akan semua itu”. Disisi lain nafas
panjang yang Aku tarik mengisyaratkan kekecewaan yang Aku dapatkan. Sekelumit
pikiranku juga bercabang dimana di saat Aku giat-giatnya mengikuti suatu tes
dimana Aku tidak mau mengulang kegagalan yang Aku alami di suatu kota
sebelumnya. Aku tidak mengerti, kenapa justru disaat Aku tengah bersemangat
untu belajar, olehnya yang Aku selalu jadikan panutan selama ini seperti
meruntuhkan semangatku yang Aku bangun selama ini. Tidak ada yang mengerti
memang, namun untuk kesekian kalinya Aku merasa terabaikan. Terkadang terpikir
olehku untuk perlu kalanya Aku menjauhkan diri dari orang-orang sejenak. Aku
diam, buka karena tidak ingin bicara tapi karena di otakku banyak pertanyaan
yang belum terjawab, kenapa ia yang selalu Aku jadikan contoh berbalik
mengabaikanku. Aku memang bodoh, tapi itu bukan berarti sebagai penghalang Aku
tetap berusaha untuk belajar. Tapi untuk kesekian kalinya Aku terabaikan di
tengah-tengah semangatku yang memuncak kini tiba-tiba rubuh.Sudah, sudah cukup, I never be the same….
Jujur,
kata sederhana yang diucapkan bibir-bibir tapi hingga kini itu tertutupi oleh
kecurangan-kecurangan yang ada. Aku ingin belajar jujur dengan diriku sendiri,
bukan masalah nilai melainkan janjiku untuku. Mungkin orang akan tertawa
mendengarnya, ya mungkin terlalu terdengar idealis oleh siapa pun, namun Aku
yang telah menelan kekecewaan ini tak kan pernah lagi sama. Entah idealis, entah
realistis, entah seperti apa orang memandangku, dan menilaiku. Aku yang masih
belajar jujur ini Aku tidak akan mengikuti mereka, Aku masih ingat akan
janjiku. Nilai memang salah satu indikator pencapaian seseorang, tapi ingat itu
bukan satu-satunya. Aku yang kecewa akan kejujuranku yang tak pernah dipandang
akan tetap berusaha untuk jujur. Banyak orang yang bernilai tinggi, tapi tidak
banyak orang yang jujur. Sampai saat ini Aku masih ingin menjadi salah satu dari
yang tidak banyak itu. Mungkin bukan sekarang, tapi Aku yakin suatu saat
nanti..akan ada orang yang akan mengerti akan semua yang Aku alami ini.