Rabu, 22 April 2015

Dimana Kata Adil?



sometimes i search so hard for words i look for away to interpret the language of this heart and unspoken bond i feel but in the end i am left with nothing but silence. Deep down i hope is understand

Ujian itu bukan hanya masalah A, B, C atau D yang bisa menjadi tolak ukur kemampuan seseorang tapi menurutku itu lebih seberapa mampu seseorang bisa jujur dengan dirinya sendiri. Hari ini adalah puncak amarahku, seperti Aku harus belajar lagi untuk yang namanya bersabar. Aku mulai muak melihat kecurangan yang selalu Aku lihat tapi Aku tidak berdaya untuk melakukan apapun. Bukan tanpa alasan kenapa Aku setiap mengikuti ujian lebih memilih duduk di depan melainkan itu adalah pembuktian terhadap janjiku pada diriku sendiri.
Masih ingat jelas di ingatanku disaat sebuah kejujuran itu diragukan, saat itu Aku seperti di posisi yang serba salah ketika seseorang bertanya di situasi yang tidak tepat, tapi justru seseorang yang menjadi panutanku menilaiku dari sudut pandangnya sendiri tanpa melihat apa yang sebenarnya terjadi. Kecewa, iya pasti…tapi semenjak itu Aku sudah berjanji, di jalan saat dada ini sesak menahan amarah yang akhirnya berujung dengan air mata Aku berjanji dengan diriku sendiri, Aku akan membuktiakan bahwa apa yang dikatakannya dan persespsinya tersebut adalah salah, semenjak itu  kenapa setiap ujian Aku lebih memilih duduk sendiri di depan.
Korupsi? di tengah-tengah banyak bibir-bibir yang mengelu-elukan anti korupsi, tapi kenapa banyak kecurangan yang tetap terjadi? Handphone yang seharusnya jadi media yang lebih bermanfaat tapi kini sering disalah gunakan. Olehnya tidak diketahui semua itu, dada ini semakin sesak rasanya ketika Aku berada di suatu keadaan dimana Aku ingin merubah semua itu, dimana Aku ingin melakukan pembuktian, dimana Aku ingin belajar jujur. Sayang sekali olehnya semua itu tak terlihat, terasa tak adil bagiku. Entah karena lelah atau membiarkanya, sampai sekarang Akupun tidak mengerti. Langkahku seperti tidak ada semangatnya, setiap kali hal itu terlihat olehku ingin rasanya Aku katakana bahwa Aku muak, tapi dengan siapa? bahkan di saat malam sepulang itu Aku  “tadi Aku melihat ketidakjujuran, orang-orang bermuka dua telah menyalahgunakan teknologi, Aku kesal tapi tak berdaya untuk merubah itu” batinku berteriak. Mungkin tidak ada yang mengerti, bahkan bibir-bibir mengatakan “kenapa tidak ikut aja seperti mereka, di jaman sekarang kamu jujur toh tidak ada yang memperdulikan dan tau akan semua itu”. Disisi lain nafas panjang yang Aku tarik mengisyaratkan kekecewaan yang Aku dapatkan. Sekelumit pikiranku juga bercabang dimana di saat Aku giat-giatnya mengikuti suatu tes dimana Aku tidak mau mengulang kegagalan yang Aku alami di suatu kota sebelumnya. Aku tidak mengerti, kenapa justru disaat Aku tengah bersemangat untu belajar, olehnya yang Aku selalu jadikan panutan selama ini seperti meruntuhkan semangatku yang Aku bangun selama ini. Tidak ada yang mengerti memang, namun untuk kesekian kalinya Aku merasa terabaikan. Terkadang terpikir olehku untuk perlu kalanya Aku menjauhkan diri dari orang-orang sejenak. Aku diam, buka karena tidak ingin bicara tapi karena di otakku banyak pertanyaan yang belum terjawab, kenapa ia yang selalu Aku jadikan contoh berbalik mengabaikanku. Aku memang bodoh, tapi itu bukan berarti sebagai penghalang Aku tetap berusaha untuk belajar. Tapi untuk kesekian kalinya Aku terabaikan di tengah-tengah semangatku yang memuncak kini tiba-tiba rubuh.Sudah, sudah cukup, I never be the same….
Jujur, kata sederhana yang diucapkan bibir-bibir tapi hingga kini itu tertutupi oleh kecurangan-kecurangan yang ada. Aku ingin belajar jujur dengan diriku sendiri, bukan masalah nilai melainkan janjiku untuku. Mungkin orang akan tertawa mendengarnya, ya mungkin terlalu terdengar idealis oleh siapa pun, namun Aku yang telah menelan kekecewaan ini tak kan pernah lagi sama. Entah idealis, entah realistis, entah seperti apa orang memandangku, dan menilaiku. Aku yang masih belajar jujur ini Aku tidak akan mengikuti mereka, Aku masih ingat akan janjiku. Nilai memang salah satu indikator pencapaian seseorang, tapi ingat itu bukan satu-satunya. Aku yang kecewa akan kejujuranku yang tak pernah dipandang akan tetap berusaha untuk jujur. Banyak orang yang bernilai tinggi, tapi tidak banyak orang yang jujur. Sampai saat ini Aku masih ingin menjadi salah satu dari yang tidak banyak itu. Mungkin bukan sekarang, tapi Aku yakin suatu saat nanti..akan ada orang yang akan mengerti akan semua yang Aku alami ini.

Kamis, 16 April 2015

Deep down

Simfoni kerinduan teruntai
Sayup-sayup senar mulai berdenting
Tersirat getaran jiwa yang tak mampu berkata
Irama hati terlantun
Menghalau sepi yang mendera
Heningpun terkikis
Diwaktu petikan nada
Iringi jemari ciptakan harmoni cinta

...sometimes i got feeling
   when i'm not necessarily sad
   but i just feel really empty
   kind words can be short
   and easy to speak
   but their echoes are truly endless
   ya, i'm a simple person
   who hides a thousand feelings